Allah

Jumat, 27 Desember 2013

PEMILU 2014??? JIHAD FII SABILILLAH...






Alhamdulillahi robbil ‘alamin, nahmaduhu wa nasta’inuhu wanastagfiruhu, wana’udzubillahi min syururi anfusina wa min sayyi’ati a’malina. Laa haula walaa quwwata illaa billah... Kali ini ane mau berbagi tentang sikap kita menghadapi ‘Pesta Demokrasi’, atau dengan kata lain Pemilu 2014. Namun sebelum ane bagikan pemikiran ane terkait topik tersebut, ane mau tegaskan bahwa di sini ane tidak termasuk ke dalam golongan manapun, baik itu yang menentang maupun sejalan dengan sistem yang berlaku di Indonesia saat ini. Jadi, tulisan ini pure 100% merupakan pemikiran ane terkait topik tersebut.

Berawal dari menyimak beberapa grup Facebook yang bertemakan Al-Islam. Ane perhatikan setiap hari selalu saja ada postingan-postingan yang entah itu mengajak berdiskusi ataupun memang melalui postingan itu sang penulis ingin ‘menjatuhkan’ pihak lain yang bertentangan dengan pemikirannya. Allahu a’lam... Sekedar informasi, grup yang ane simak tersebut terdiri atas member yang memang heterogen (dalam hal pemikiran) namun tetap homogen (dalam aspek aqidah). Hal yang selalu terngiang dalam pikiran ane sampai saat ini adalah, kenapa sih muslim Indonesia selalu saja membesar-besarkan perbedaan pemikiran/golongan padahal kan selama kita muslim dan mengimani rukun Islam dan rukun Iman, kita masih dalam satu panji, jihad fii sabilillah?


Baiklah kembali kepada topik. Agar lebih memudahkan kita mencerna isi tulisan ini, akan ane kelompokkan golongan-golongan yang ane maksudkan. Kelompok pertama ane sebut golongan anti-demokrasi, yang merupakan golongan yang tidak sejalan dengan diadakannya sistem pemilu, kelompok ini lah yang nantinya akan ‘mengajak’ muslim lainnya agar Golput pada pemilu 2014. Kelompok kedua ane sebut golongan pro-demokrasi, yang merupakan golongan yang ‘katanya’ ingin memperbaiki sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia, kelompok ini lah yang menyeru umat islam Indonesia agar tidak Golput dalam pemilu nanti. Perdebatan sengit terkadang melibatkan kedua kelompok tersebut dengan topik dan tema yang selalu sama, ‘Pesta Demokrasi’ atau Pemilu 2014. Anti-demokrasi memberi fatwa bahwa demokrasi Haram, siapapun yang terlibat dalam sistem maka amalannya tidak akan diterima oleh-Nya. Sedangkan pro-demokrasi berpendapat bahwa memang demokrasi bukan sistem islam, namun untuk mengubah sistem demokrasi menjadi sistem islam (Khilafah) tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, perlu adanya pendekatan dan eksistensi umat agar masyarakat percaya dengan sistem baru yang akan dibentuk nanti (Khilafah).

Berhubung ane masih awam dengan kedua sistem tersebut, jadi apa yang ane tulis di sini merupakan simpulan (menurut pemikiran ane) terkait sikap yang seharusnya kita renungkan dalam menghadapi Pesta Demokrasi nanti. Sejujurnya ane sependapat dengan apa yang dilontarkan kelompok anti-demokrasi, bahwa tidak ada kemuliaan tanpa islam, dan tidak sempurna islam tanpa syariat. Dalam lanjutannya berbunyi, takkan tegak syariat tanpa Daulah Khilafah Rosyidah. Sejujurnya ane sangat sependapat dengan pemikiran tersebut. Namun ane pun sependapat pula dengan kelompok pro-demokrasi, bahwa membentuk suatu negara tidaklah semudah apa yang kelompok anti-demokrasi pikirkan. Menurut kelompok anti-demokrasi, kita tidak perlu terlibat dalam sistem demokrasi, yang harus dilakukan adalah muslim Indonesia harus satu suara dalam menentang dan mendesak agar sistem tersebut diganti oleh sistem yang baru, sistem Khilafah. Ya, kalau yang ane tangkap dari perbincangan kedua kelompok tersebut, sebenarnya mereka sama-sama memimpikan suatu sistem kenegaraan yang sempurna, sistem yang sudah terbukti berhasil memakmurkan warganya selama kurang lebih 14 abad, dan sistem yang sempat menjadi pusat perhatian dunia pada masanya, yaitu Daulah Khilafah Rosyidah. Ane yakin kedua kelompok tersebut sama-sama memimpikan hal tersebut, karena menurut Al-Quran dan bisyaroh (perkataan/janji) Rasulullah SAW, pada akhirnya nanti Islam-lah yang akan berjaya dari umat-umat yang lainnya, dan ketika masa itu tiba sosok Khalifah yang diimpikan akan muncul di tengah-tengah umat islam.

“Wa’adallaahulladziina aamanu minkum wa ‘amilushshoolihaati laa yastahlifannahum fil ardli. Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal sholih, bahwa mereka akan diberikan kekuasaan oleh Allah di muka bumi. (QS An-Nuur 24:55)

“Takuunu nubuwwatu fiikum maasyaa-Allaahu an takuuna tsumma yarfa’uha idzaa syaa-a an yarfa’ha. Tsumma takuunu khilaafah ‘alaa minhajin-nubuwwah fatakuunu maasyaa-Allaahu an takuuna tsumma yarfa’uhaa idzaa syaa-a an yarfa’ha tsumma takuunu mulkan ‘aadldlon fayakuunu maasyaa-Allaahu an yakuuna tsumma yarfa’uha idza syaa-a an yarfa’ha. Tsumma takuunu mulkan jabariyyah. Tsumma takuunu khilaafah ‘alaa minhajin-nubuwwah. Tsumma sakata. Akan ada kenabian di antara kalian dan kenabian ini berlangsung beberapa lama kemudian diangkat oleh Allah SWT. dengan izin Allah. Kemudian, setelah masa kenabian itu akan ada khilafah ‘alaa minhaajin-nubuwwah yang berlangsung beberapa lama, kemudian diangkat oleh Allah SWT. Kemudian kekuasaan yang dholim berlangsung beberapa lama, kemudian diangkat oleh Allah SWT., kemudian kepemimpinan yang diktator berlangsung beberapa lama, kemudian kekuasaan ini diangkat oleh Allah SWT. Dan kepemimpinan yang terakhir yang akan menaungi umat Islam seluruh dunia. Dan akan muncul kembali khilafah ‘alaa minhajin-nubuwwah, khilafah yang sesuai dengan metode kenabian, kemudian rasul terdiam.(HR Ahmad dan HR Abu Daud)
                                                                                                                  
Terkait dengan ‘Pesta Demokrasi’ atau Pemilu 2014, ane mengajak kepada para pembaca, yuk kita renungkan kembali dampak positif dan negatif pilihan kita kelak. Berhubung kita berada di Indonesia yang saat ini menganut sistem demokrasi, mau tak mau kita akan menghadapi Pesta Demokrasi tersebut. Pilihan kita adalah tidak ikut serta ‘merayakan’ pesta tersebut (Golput) atau sebaliknya (tidak golput). Menurut ane, apabila kita memilih golput, berarti secara tidak langsung memungkinkan kita untuk membiarkan kafir (non-muslim) Indonesia berkuasa untuk negeri ini, dan apabila itu terjadi tugas kita mewujudkan impian kita akan semakin berat. Namun apabila kita memilih tidak golput, berarti secara tidak langsung juga kita sudah ikut serta ‘merayakan’ pestanya orang kafir. Keduanya jelas memiliki tujuan masing-masing. Perbedaan cara berjihad sajalah yang melandasi pemikiran keduanya. Jadi, pilihan golput atau tidak golput kelak pasti akan memiliki resiko masing-masing. Innamal a’malu binniyah, sungguh amal itu bergantung niatnya. Apapun yang akan kita pilih, sudah sepatutnya kita bertawakal kepada Allah agar diberikan pilihan yang terbaik. Dan satu hal yang WAJIB kita niatkan mulai dari sekarang yaitu, apapun pilihan kita kelak niatkan dalam hati, “Saya memilih atas dasar Jihad Fii Sabilillah, semoga Allah memberkahi pilihan saya.”


#YukMenulis #BeInspiring #LaaHaulaWalaaQuwwataIllaaBillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar