Hey
guys, du yu know? Tema minggu ini, TAHUN BARU 2014 looohhh, oww yeaaahhhh wadahel
it is *krikkrik*. Hahaha... Afwan ya sepertinya ane lagi ketularan salah satu ‘legenda’
(muda) komik Indonesia. Maklum euy akhir-akhir ini ane lagi ‘frustasi’ berat dengan
TA ane, jadi ya untuk refreshing sejenak ane baca2 deh buku doi, sang “dombajantan”
*sensor*, dan ga tau nya memang ketularan beneran ya? Astaghfirullah... *curcol
dikit boleh dong,hehehe...
Anyway,
berhubung malam kemarin Indonesia dan seluruh dunia sedang gempar2nya dengan
salah satu pesta rakyat yang diadakan setiap tahunnya setiap tanggal 1 Januari,
maka pada kesempatan kali ini insya Allah ane akan share pemikiran ane seputar pesta rakyat tersebut. Well, that’s right, #NewYearParty. Sebelumnya ane tegaskan, isi tulisan
ini pure merupakan hasil pemikiran
ane (walaupun ada beberapa berasal dari literatur dan pengalaman), jadi silakan
bagi yang tidak sependapat boleh di-share-kan
juga bagian mana yang bertentangan dengan pemikiran antum. Kuntum khoiro ummatin ukhrijat linnas ta’muruna bil ma’ruf wa tanhawna
anil munkar, yuk saling mengingatkan dan menasehati.
1
Januari, sepertinya sudah bisa kita sepakati bersama bahwa tanggal tersebut
merupakan hal yang sudah sangat familiar
di telinga seluruh umat manusia. Ya, 1 Januari bertepatan dengan pergantian
tahun pada sistem penanggalan masehi, atau masyarakat lebih mengenal tanggal
tersebut dengan sebutan Tahun Baru atau New
Year. Ane sempat berpikir, okelah semua manusia tahu dan familiar dengan kata New Year tersebut, tapi apakah semuanya
juga dapat menjelaskan apa dan bagaimana New
Year tersebut terjadi? Sepertinya ane kurang yakin dengan hal yang satu
ini. Baiklah, biar tulisan ini afdhol, sebelumnya akan ane jelaskan secara umum
sistem penanggalan yang digunakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia tersebut.
Masehi dan Hijriyah (tak asing kan?). Ya, keduanya merupakan sistem penanggalan
yang digunakan masyarakat Indonesia secara umum. 1 Januari yang merupakan awal
pada penanggalan Masehi, sedangkan 1 Muharram ialah awal penanggalan Hijriyah.
Insya
Allah, ane akan jelaskan sejarah singkat serta perbedaan penanggalan Masehi dan
Hijriyah berdasarkan ilmu astronomi (perbintangan). Sedikit2 mengulang
pelajaran SD tak apa lah ya. Masehi, dari bahasa arab Al-Masihi yang artinya “yang
membasuh” atau “mengusap” atau “membelai”. Penanggalan masehi ini sudah mulai digunakan
oleh Umat Kristiani awal (bangsa Romawi, sekitar 2800 tahun yang lalu). Menurut
sejarah, pada awalnya penanggalan masehi ini disebut penanggalan romawi yang
hanya terdapat 10 bulan atau 355 hari saja dalam 1 tahun. Barulah pada era
Julius Caesar (raja Romawi), sistem 10 bulan (355 hari) tersebut dirombak
menjadi sistem penanggalan masehi yang kita kenal sekarang, 12 bulan dengan
365-366 hari dalam satu tahun. Julius Caesar merombak penanggalan masehi berdasarkan
ilmu astronomi yaitu sistem peredaran
bumi mengelilingi matahari (revolusi). Penetapan 1 M (dibaca: tahun 1 Masehi) didasarkan
pada tahun kelahiran Nabi Isa as. Jadi, kalau boleh disimpulkan, tahun 2014 adalah
setara dengan umur nabi Isa saat ini (menurut bangsa romawi/umat kristiani). Hijriyah,
atau dalam bahasa arab at-taqwim al hijri,
berbeda dengan penanggalan masehi. Penanggalan hijriyah digunakan oleh Umat
Muslim secara umum untuk penentuan tanggal2 ibadah dan hari2 penting lainnya. Untuk
jumlah bulan dan hari, penanggalan hijriyah memiliki 12 bulan dengan 354-355
hari dalam 1 tahun. Penamaan bulan pada kalender hijriyah pun berbeda dengan
kalender masehi. Pada kalender masehi, nama bulan diambil dari nama dewa
ataupun orang2 bangsa romawi pada masa itu (Januari-Desember), sedangkan penamaan
bulan hijriyah didasarkan pada peristiwa2 yang pernah terjadi pada bulan
tertentu (Muharam-Dzulhijah). Penanggalan hijriyah disusun berdasarkan
peredaran bulan mengelilingi bumi (rotasi), dan penetapan 1 H (dibaca: tahun 1
Hijriyah) didasarkan pada tahun hijrah/berpindahnya Rasulullah SAW dari Mekkah
ke Yastrib/Madinah. Well, poin penting dalam bahasan kali ini yaitu, “Penanggalan Masehi berbeda dengan Penanggalan
Hijriyah, dan awal tahun pada kedua penanggalan tersebut pun jelas berbeda
(kecuali pada tahun2 ketika 1 Januari bertepatan dengan 1 Muharam).” Kalau
antum tertarik dengan ilmu penanggalan (ada ya? Mungkin masuk ke cabang ilmu kosmologi
kali ya), silakan booking dan googling dari para ahlinya saja. Di sini
ane cuma merangkum secara singkat apa yang sudah ane baca dan pahami.
Alasan
ane shared perbedaan sistem kalender
Masehi dan Hijriyah dalam tulisan ini, karena ane harap setiap kali kita
ditanya, “Hey, can yu tell me why yu ‘re
celebrating this day?”, jawaban kita tidak sebatas, “I’m jast Taqlid (following) wat everyone du”. Ya, ane harap
seengganya kita bisa lah menjelaskan, ada apa sih di tahun ke-1 M/H dahulu,
atau ada fenomena alam apa sih yang terjadi di hari itu. Ya, semoga dengan
penjelasan singkat/tak lengkap di atas membuat para pembaca semakin penasaran, apa
dan kenapa sih sistem penanggalannya seperti ini, itu, dan sebagainya. Ingat
kawan, ilmu Allah itu Maha Luas, walaupun kita bukan dari jurusan astronomi dan
sekutunya, gak salah loh kita belajar tentang sistem penanggalan ini. Allahu
Akbar!!!
Perayaan
Tahun Baru atau lebih dikenal #NewYearParty tak ayal sudah menjadi budaya di
Indonesia. Ya, mungkin antum setuju apabila ane katakan, #NewYearParty identik
dengan terompet, topi kerucut (selanjutnya ane sebut Sanbenito), dan kembang
api. Btw, ane penasaran, sejak kapan ya budaya tersebut mulai masuk ke
Indonesia? Kalau ada yang berkenan share,
silakan ane tunggu link/literaturnya. Niat ane menulis dengan tema
#NewYearParty ini yaitu ane mau menuangkan keprihatinan yang ane rasakan terkait
budaya yang telah mengkontaminasi pola pikir dan pola tindak para kaula muda penerus
ummat. Ya, hal yang sampai saat ini membuat ane ‘mengelus dada’ melihat budaya #NewYearParty
tersebut yaitu, “Uang Ratusan Ribu hanya
untuk ‘membakar’ rezeki-Nya saja kita mampu dan mau mengeluarkan, tapi kenapa
ketika uang seribuan/puluhan ribu yang digunakan untuk ‘menggandakan’
rezeki-Nya malah berat untuk kita keluarkan.” A’udzubillahi min dzalik, yaa
Robb...
Setelah
kemarin (sebelum 1 Januari 2014) ane pantau beberapa socmed, banyak kok yang menuliskan artikel terkait #NewYearParty
ini. Mulai dari asal mula penggunaan terompet lah, arti Sanbenito lah, sampai ajakan
untuk tidak merayakan #NewYearParty. Pertama asal mula terompet tahun baru,
kalau kita perhatikan, ada kan bentuk terompet melengkung yang menyerupai tanduk
domba? Nah, menurut artikel yang ane baca kemarin, kurang lebih seperti ini: “Dahulu bangsa Yahudi menggunakan terompet
untuk mengusir setan, dan sekarang mereka memaknai terompet ini dengan masa
ketika Tuhan ‘menghancurkan’ dunia kelak. Mereka (Yahudi) memiliki perayaan
tahun baru sendiri (lupa namanya, kalau artinya ‘Tahun Baru Taurat/Terompet’),
dimana pada perayaan ini mereka semua berlomba2 meniupkan terompet layaknya
perayaan #NewYearParty yang ada di Indonesia sekarang. Terompet tanduk domba,
merupakan simbol terompet malaikat Isrofil. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari
dan Muslim menyatakan Sangkakala itu bagaikan tanduk dari cahaya yang
bulatannya sangatlah besar, seluas langit dan bumi.” Allahu a’lam...
Artikel tentang Sanbenito juga gak kalah banyak loh, itu loh topi kerucut yang
juga dipakai dalam perayaan #NewYearParty. Intinya, topi tersebut adalah simbol seorang muslim yang telah murtad pada
peristiwa di Andalusia, Spanyol dahulu. Astaghfirullah...
Pertanyaannya
sekarang, “Jadi gak boleh nih kita ikut2 perayaan yang seperti itu?” Kalau ane diperkenankan
menjawab pertanyaan tersebut, jawaban ane yaitu TIDAK BOLEH. Memang benar ane
bukan/belum menjadi ahli fiqh atau orang yang menentukan hukum syariat, tapi
kenapa ane berkata TIDAK BOLEH, karena dasar jawaban ane tersebut yaitu hadits
shahih yang sudah sangat sangat populer yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
(cmiiw).
“Barangsiapa
menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk ke dalam golongan mereka.” (HR. Ahmad)
Menyerupai
suatu kaum, maka termasuk kaum tersebut. Sanbenito dan budaya terompet kan gak
ada di dalam Islam, jadi kalau kita melakukan/merayakan keduanya, secara
langsung kita sudah termasuk ke dalam kaum yang mempopulerkan keduanya dong
(sebut saja Yahudi)? Sedangkan Allah SWT bukannya sudah mengingatkan kita
melalui ayat-Nya, janganlah kau menjadikan
Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpinmu (trendsetter
kehidupan). Nanti di akhir tulisan ya insya Allah ane tulis versi ayat
lengkapnya. Lanjutan ayat tersebut juga kan menegaskan, barangsiapa menjadikan mereka (Yahudi dan Nasrani) sebagai pemimpin,
maka ia termasuk ke dalam golongan mereka (Yahudi dan Nasrani). A’udzubillahi
mindzalik, yaa Robb... Kita mengaku Muslim, tapi kenapa masih sering ya ikut2
budaya non-Muslim? Astaghfirullah... Kita di sini termasuk ane juga loh. Yuk ah
sama2 beristighfar, Astaghfirullah...
Kembali
kepada #NewYearParty. Pertanyaan selanjutnya mungkin, “Lantas bagaimana dong
sikap kita dalam menghadapi perayaan yang sudah hampir menjadi budaya
masyarakat Indonesia tersebut?” Hah, budaya Indonesia? Wow, sudah separah itu ya
penerimaan budaya asing (bangsa barat) yang masuk ke Indonesia? Well, apapun
itu, selama kita mengaku Muslim, so jauhkanlah kebiasaan bangsa asing itu (maaf
ane pake kata kebiasaan aja, budaya mah terlalu berat) minimal dari diri kita,
keluarga kita, dan sahabat2 kita. Ya, that
is kebiasaan non-muslim (not only #NewYearParty
doang ya guys, ada kebiasaan2 bangsa barat lain yang secara sadar atau tidak sadar
telah menjadi bagian hidup kita). Kita selaku Muslim sudah sepatutnya berani
dengan lantang dan tegas meneriakkan TIDAK
UNTUK #NewYearParty. Eits, jangan salah kaprah, maksud ane bukan cuma teriak2
doang loh ya, tapi kita juga harus mau Do
and Act it to our life. Kenapa ane terlalu bersemangat dalam penulisan
TIDAK UNTUK #NewYearParty? Ya, karena ane mikir, kenapa sih mayoritas Muslim
masih saja mau merayakan hari2 di luar hari raya yang disabdakan Rasulullah,
Idul Fitri dan Idul Adha. Padahal dahulu kan Rasulullah SAW menegur dengan keras
para sahabat yang merayakan hari di luar hari raya Islam tersebut. Makanya ane
mikir, jelas2 #NewYearParty adalah untuk menyambut tahun baru MASEHI, tahunnya
umat tetangga, Kristen, tapi kenapa kok Muslim juga malah ikut2 perayaan
mereka. Justru, ketika datang tahun baru HIJRIYAH, mereka, majority muslims, malah tak mengenal dan tak tahu apa yang harus
mereka lakukan.
Well, actually every day is exactly the same,
so sudah sepatutnya di setiap
hembusan nafas kita ini kita isi dengan dzikrullah (mengingat Allah) karena sesungguhnya hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram. Dan untuk masalah perayaan2 yang boleh kita (Muslim)
lakukan, tak usah diambil pusing lah karena Rasul SAW kan sudah menerangkan
kita tentang 2 hari raya Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, jadi ane kira sudah
sangat jelas mungkin bagaimana sikap kita terkait perayaan2 hari. Ane berharap
semoga tulisan ini dapat membuka kembali pola pikir kita agar sesuai dengan
pola pikir Rasulullah SAW, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan para
ulama setelahnya, bahwasanya kita hidup di dunia ini hanyalah sementara. Allah menciptakan
manusia ke muka bumi tidak lain dengan dua tujuan, yang kemudian akan menjadi
Tujuan Hidup seluruh manusia yaitu, Ibadah (QS 51:56) dan Khalifah (QS 2:30). Semoga
janji Allah akan kemenangan umat Muslim di muka bumi dapat terealisasikan dengan
cepat sehingga insya Allah kita masih mendapat kesempatan menjadi pejuang
syahid yang berada di garis terdepan dalam menegakkan panji Islam di muka bumi
Allah ini. Aamiin...
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani
sebagai pemimpin-pemimpin(mu), sebagian dari mereka adalah pemimpin dari
sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya kamu telah masuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” (QS
Al-Maidah 5:51)
#YukMenulis
#BeInspiring #LaaHaulaWalaaQuwwataIllaaBillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar